Perang Antara Sultan Agung dan J.P. Coen
Perang Antara Sultan Agung dan J.P. Coen, Sultan Agung yaitu raja yang paling terkenal dari kerajaan Mataram. Sedangkan J.P. Coen yaitu Orang Portugis dengan nama asli Jan Pieterszoon Coen. Pada masa pemerintahan Sultan Agung, Mataram mencapai zaman keemasan.
Cita-cita Sultan Agung antara lain :
(1) mempersatukan seluruh tanah Jawa,
(2) mengusir kekuasaan absurd dari bumi Nusantara.
Terkait dengan cita-citanya ini maka Sultan Agung sangat menentang eksistensi kekuatan VOC di Jawa. Apalagi tindakan VOC yang terus memaksakan kehendak untuk melaksanakan monopoli perdagangan membuat para pedagang pribumi mengalami kemunduran. Kebijakan monopoli itu juga dapat membawa penderitaan rakyat.
Konon mayit Gubernur Jenderal VOC yang pertama, Jan Pieterszoon Coen juga dimakamkan di Imogiri sebagai kesed alias bantalan pembersih kaki. Ada yang berpendapat bahwa makam J.P. Coen itu di Imogiri disebut sebagai makam Indranata,
“Badannya dibagi tiga. Kaki dan tangan ditanam di dekat anak-tangga-teratas, dekat pohon-pohon, kurang terawat, tubuhnya (gembung, dada, dan perut) ditanam di tengah anak-tangga-terbawah dari Gapura Supiturang, dan kepalanga ditanam di bantalan Gapura Situpirang itu.”
Cita-cita Sultan Agung antara lain :
(1) mempersatukan seluruh tanah Jawa,
(2) mengusir kekuasaan absurd dari bumi Nusantara.
Perang Antara Sultan Agung Vs J.P. Coen
![]() |
| Sultan Agung |
Terkait dengan cita-citanya ini maka Sultan Agung sangat menentang eksistensi kekuatan VOC di Jawa. Apalagi tindakan VOC yang terus memaksakan kehendak untuk melaksanakan monopoli perdagangan membuat para pedagang pribumi mengalami kemunduran. Kebijakan monopoli itu juga dapat membawa penderitaan rakyat.
Alasan Sultan Agung menyerang Batavia:
- Tindakan monopoli yang dilakukan VOC
- VOC sering manghalang-halangi kapal-kapal dagang Mataram yang akan berdagang ke Malaka
- VOC menolak untuk mengakui kedaulatan Mataram dan
- Keberadaan VOC di Batavia telah menunjukkan bahaya serius bagi masa depan pulau Jawa.
Penyerangan Pertama
Pada tahun 1628 telah dipersiapkan pasukan dengan segenpa persenjataan dan perbekalan. Pada waktu itu yang menjadi gubernur Jenderal VOC adalah JP.Coen . sebagai pimpinan pasukan mataram adalah Tumenggung Bureksa. Tepat pada tanggal 22 Agustus 1628, pasukan Mataram di bawah pimpinan Tumenggung Baureksa menyerang Batavia. Pasukan mataram berusaha membangun pos pertahanan, tetapi kompeni VOC berusaha menghalang-halangi, sehingga pertempuran antara kedua belah pihak tidak dapat dihindarkan. Pasukan mtaram berusaha mengepung Batavia dari aneka macam tempat. Terjadilah pertempuran sengit antara pasukan mataram melawan tentara VOC di aneka macam tempat. Tetapi kekuatan tentara VOC dengan senjatanya jauh lebih unggul, sehoingga dapat memukul mundur semua lini kekuatan pasukan Mataram. Tumenggung Baureksa sendiri gugur dalam pertempuran itu. Dengan demikian serangan tentara sultan Agung pada tahun 1628 itu belum berhasil.
Serangan Kedua
Dari hasil serangan pertama Sultan Agung tidak lantas berhenti dengan kekalahan yang gres saja dialami pasukannya. Ia segera mempersiapkan serangan yang kedua. Tahun 1629 pasukan Matram diberangkatkan menuju Batavia. Sebagai pimpinan pasukan Mataram dipercayakan kepada Tumenggung Singaranu, Kiai Dipati Juminah, dan Dipati Purbaya. Di tegal, tentara VOC berhasil berhasil menghancurkan 200 kapal Mataram, 400 rumah penduduk dan sebuah lumbung beras. Pasukan mataram pantang mundur, dengan kekuatan pasukan yang ada terus berusaha mengepung Batavia. Pasukan mataram berhasil mengepung dan menghancurkan Benteng Hollandia. Berikutnya pasukan mataram mengepung Benteng Bommel, tetapi gagal menghancurkan benteng tersebut. Pada dikala pengepungan Benteng Bommel, terpetikberita bahwa J.P. Coen meninggal. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 21 September 1629.
Melemahnya Pasukan Mataram
Kegagalan pasukan metaram menyerang Batavia, membuat VOC semakin berambisi untuk terus memaksakan monopoli dan memperluas pengaruhnya di daerah-daerah lain. Namun di balik itu VOC selalu khawatir dengan kekuatan tentara Mataram. Tentara VOC selalu khawatir dengan kekuatan tentara mataram. Tentara VOC selalu berjaha-jaga untuk mengawasi gerak-gerik pasukan Mataram.
Sebagai pengganti Sultan Agung adalah Sunan Amangkurat I. ia memerintah pada tahun 1646-1677. Ternyata Raja Amnagkurat I merupakan raja yang lemah dan bahakan erat dengan VOC. Raja ini juga bersifat rekasioner dan bersikap absolut kepada rakyat dan kejam terhadap para ulama
Kuburan Jan Pieterszoon Coen
Imogiri berasal dari kata Imo yang berarti mendung dan Giri yang yang berarti gunung. Jadi Imogiri diartikan sebagai Gunung yang bermendung atau Gunung yang sejuk.Konon mayit Gubernur Jenderal VOC yang pertama, Jan Pieterszoon Coen juga dimakamkan di Imogiri sebagai kesed alias bantalan pembersih kaki. Ada yang berpendapat bahwa makam J.P. Coen itu di Imogiri disebut sebagai makam Indranata,
“Badannya dibagi tiga. Kaki dan tangan ditanam di dekat anak-tangga-teratas, dekat pohon-pohon, kurang terawat, tubuhnya (gembung, dada, dan perut) ditanam di tengah anak-tangga-terbawah dari Gapura Supiturang, dan kepalanga ditanam di bantalan Gapura Situpirang itu.”

Komentar
Posting Komentar