makalah Metode Pembelajaran Resitasi

Sahabat Pencari Ilmu, Yuk kita berguru wacana Metode Pembelajaran Resitasi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
             Adapun yang melatar belakangi pembuatan makalah ini yaitu untuk membahas mengenai beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika. Seperti yang telah kita ketahui ada banyak metode pembelajaran matematika,seperti ceramah, ekspositori, latihan hafal, latihan praktek, tanya jawab, demonstrasi, pemerian tugas, metode proyek, pengajaran beregu dan lain-lain.
Perlu diketahui bahwa tidak ada satupun metode  yang dianggap paling baik diantara metode-metode yang lain. Tiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahaan masing-masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan keadaan tertentu, tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain. Demikian pula suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang kala belum tentu berhasil di bawakan oleh guru yang lain.
Ada kalanya seorang guru perlu menggunakan beberapa metode dalam menyampaikan  suatu pokok bahasan tertentu. Dengan variasi beberapa metode penyajian pengajaran menjadi lebih hidup.Seorang guru yang berilmu berpidato dengan segala humor dan variasinya, mungkin tidak mengalami kesulitan dalam berbicara, ia dapat memukau siswa dari awal hingga tamat pengajaran. Akan tetapi bagi seorang guru bicara, uraiannya akan terasa kering, untuk itu ia dapat mengatasi dengan uraian sedokit saja diselingi tanya jawab, pemberian tugas, kerja kelompok atau diskusi sehingga kelemahan dalam berbicara dapat ditutup dengan metode lain.
Tiga metode yang akan dibahas pada makalah ini yaitu metode pemberian tugas, proyek dan pengajaran beregu. Ketiga metode ini di bahas alasannya yaitu metode-metode ini sangat baik untuk melatih siswa menjadi lebih aktif, lebih mudah memahami materi yang diajarkan.Penggunaan ketiga metode ini dapat memberi warna dalam proses pembelajaran di sekolah guna menghindari timbulnya rasa menjemukan  Dengan memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing metode ini, diharapkan dapat membantu para pengajar dan pendidik dalam meyajikan materi lebih inovatif dan efektif.
1.2.Rumusan Masalah
1.2.1.        Apayang dimaksud dengan metode pemberian tugas, proyek dan pengajaran beregu ?
1.2.2.        Bagaimana langkah-langkah pembelajaran dengan metode tersebut ?
1.2.3.        Bagaimana kelemahan dan kelebihan metode tersebut ?
1.2.4.        Bagaimana penerapan metode tersebut dalam pembelajaran materi ?
1.3.Tujuan
1.3.1.        Menjelaskan pengertian dari metode pemberian tugas, proyek dan pengajaran beregu.
1.3.2.        Memberikan langkah-langkah pembelajaran menggunakan ketiga metode tersebut.
1.3.3.        Menjelaskan mengenai masing-masing kelebihan beserta kelemahan dari metode tersebut.
1.3.4.        Menjelaskan mengenai penerapannya dalam pembelajaran materi.
1.4.Manfaat
1.4.1.        Membantu guru mengembangkan kompetensinya dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan CBSA.
1.4.2.        Memberikan inovasi-inovasi biar tercipta proses pembelajaran yang kreatif dan efektif,



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PEMBERIAN TUGAS
2.1.1 Pengertian
Metode pemberian peran dapt diartikan sebagai suatu format interaksi berguru mengajar yang ditandai dengan adanya satu peran atau lebih peran yang diberikan oleh guru, dimana penyelesaian tugas-tugas tersebut dapat dilakukan secara perorangan atau saudara kelompok sesuai dengan perintahnya (Moedjiono dan Dimyati, 1992/1993).
Sedangkan Supriatna, Nana, dkk (2007:200) mengemukakan bahwa metode pemberian peran yaitu suatu penyajian materi pembelajaran dimana guru memperlihatkan peran tertentu biar siswa melaksanakan kegiatan berguru dan memperlihatkan laporan sebagai hasil dari peran yang dikerjakannya. Metode ini mengacu pada penerapan learning by doing.
Pemberian peran sebagai suatu metodemengajar merupakan suatu pemberian pekerjaan oleh guru kepda siswa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.Dengan pemberian peran tersebut siswa belajar, mengerjakan tugas.Dalam melaksanakan kegiatan berguru siswa diharapkan memperoleh suatu hasil berupa perubahan tingkahlaku tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.Tahap terakhir dari pemberian peran ini yaitu resitasi yang berarti melaporkan atau menyajikan kembali peran yang telah dikerjakan atau dipelajari.Jadi pemberian metode peran berguru dan resitasi atau biasanya disingkat metode resitasi merupakan suatu metode mengajar dimana guru memperlihatkan peran kemudian siswa harus mempertanggungjawabkan hasiltugas tersebut.Resitasi sering disamakan dengan pekerjaan rumah, padahal bergotong-royong berbeda.Pekerjaan rumah (PR) mempunyai pengertian yang lebih khusus ialah tugas-tugas yang diberikan oleh guru, dikerjakan siswa dirumah. Sedangkan resitasi, peran yang diberikan oleh guru tidak sekedar dilaksanakan dirumah melainkan dapat dikerjakan di daerah lain yang ada hubungannya dengan tugas/ pelajaran yang diberikan. Makara resitasi lebih luas dari pada pekerjan rumah, tetapi keduanya mempunyai kesamaan, yaitu mempunyai unsur tugas, dikerjakan oleh siswa dan dilaporkan kesannya mempunyai unsur didaktis pedagogis.
2.1.2 Langkah-langkah Pembelajaran
Dalam menggunakan metode pemberian peran ini ada tiga langkah yang harus di lalui oleh guru terhadap siswa :
1.fase pemberian peran (persiapan)
  1. merumuskan duduk perkara (scope and sequenes) dengan jelas
  2. mengemukakan tujuan pelaksanaan tugas
  3. menentukan jenis peran (kelompok/ individu)
  4. memberikan penjelasan atau sebelum pengrahan tugas
  5. memberikan petunjuk / sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa
  6. menentukan limit  waktu penentuan pelaksanaan
2. fase pelaksanaan tugas
  1. mengadakan bimbingan/ pengawasan dalam pelaksanaan tugas
  2. memberikan motivasai / dorongan sehingga anak mau berkerja
  3. memberikan pelayanan kebutuhan
  4. diusahakan / dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain
  5. dianjurkan biar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematis
3. fase pertanggungjawaban tugas
  1. pelaporan secara lisan/tulisan, tindakan/demonstrasi
  2. melaksanakan penilaian hasil pelaksanaan tugas
  3. melaksanaan penilaian proses dan hasil pelaksanaan
  4. mendiskusikankesulitan-kesulitan yang tidak dapat diselesaikan oleh siswa selama pelaksanaan tugas
2.1.3 Kelebihan dan Kelemahan
       Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode ini yaitu :
Kelebihan :
  1. Relevan dengan prinsip CBSA
  2. Merangsang siswa berguru lebih banyak, baik akrab dengan guru maupun pada ketika jauh dari guru di dalam sekolah maupun d luar sekolah.
  3. Mengembangkan sifat kemandirian pada diri siswa
  4. Lebih meyakinkan wacana apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam, memperkaya atau memperluas pandangan wacana apa yang dipelajari.
  5. Membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri isu dan komunikasi
  6. Pengetahuan yang siswa peroleh dari hasil berguru sendiri akan dapat diingat lebih lama
  7. Merangsang kegairahan berguru siswa alasannya yaitu dapat dilakukan dengan bevariasi
  8. Membina tanggung jawab dan disiplin siswa
  9. Mengembangkan kreatifitas siswa
Kelemahan :
  1. Memerlukan pengawasan yang ketat baik oleh guru maupun orang tua.
  2. Sukar menetapkan apakah peran dikerjakan oleh siswa sendiri atau atas dukungan orang lain
  3. Banyak kecendrungan untuk saling mencontoh dengan teman-teman.
  4. Agak sulit diselesaikan oleh siswa yang tinggal bersama keluarga yang kurang teratur
  5. Dapat menyebabkan frustasi bila gagal menyelesaikan tugas.
  6. Tugas yang banyak dan sering dapat membuat beban dan keluhan siswa
2.1.4 Penerapan dalam pembelajaran materi
Dalam penerapannya pada proses pembelajaran, sebaiknya mempertimbangkan beberapa hal, yaitu :
  1. Tugas memperdalam pengertian siswa terhadap pelajaran yang telah diterima.
  2. Tugas melatih siswa ke arah berguru mandiri.
  3. Siswa dapat membagi waktu secara teratur.
  4. Agar siswa dapat memanfaatkan waktu terluang untuk menyelesaikan tugas.
  5. Tugas melatih siswa untuk menemukan sendiri cara-cara yang tepat untuk menyelesaikan tugas.
  6. Tugas memperkaya pengalaman-pengalaman di sekolah melalui kegiatan-kegiatan di luar kelas.
Adapun syarat-syarat pemberian peran diantaranya sebagai berikut:
a. Kejelasan dan ketegasan tugas
b. Penjeslasan mengenai kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi
c. Diskusi peran antara guru-siswa
d. Kesesuaian peran dengan kemampuan dan minat siswa
e. Kebermaknaan peran bagi siswa
Berdasarkan pendapat Davies dan Gage &Berliner  peran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran materi dapat dibedakan menjadi  :
a. Tugas latihan
b. Tugas membaca/mempelajari buku tertentu
c. Tugas unit/proyek
d. Studi eksperimen
e. Tugas praktis
Sedangkan Rusyan, A. Tabrani (1996:14) mengemukakan bahwa metode pemberian peran dapat dilakukan dengan cara:
a. Membuat rangkuman
b. Membuat makalah/paper
c. Menjawab pertanyaan atau menyelesaikan soal-soal tertentu
d. Mengadakan observasi atau wawancara
e. Mengadakan latihan
f. Mendemonstrasikan sesuatu
g. Menyelesaikan pekerjaan tertentu
Adapun pola penerapannya dalam  pembelajaran matematika, yaitu :
  1. Untuk Menanam konsep mengenai bangkit datar pada siswa sekolah dasar seorang guru dapat memberi peran untuk membuat jaring-jaring bangkit datar.
  2. Untuk menanam konsep mengenai dalil phytagoras seorang guru dapat memberi peran yang akan menuntun siswa menerangkan dalil phytagoras
2.2   Proyek
      2.2.1 Pengertian
Pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) yaitu sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan berguru kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks (CORD, 2001; Thomas, Mergendoller, & Michaelson, 1999; Moss, Van-Duzer, Carol, 1998).Fokus pembelajaran terletak pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu disiplin studi, melibatkan pebelajar dalam investigasi pemecahan duduk perkara dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan pebelajar bekerja secara otonom mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai puncaknya menghasilkan produk konkret (Thomas, 2000).
Biasanya memerlukan beberapa tahapan dan beberapa durasi, tidak sekedar merupakan rangkaian pertemuan kelas, serta berguru kelompok kolaboratif. Proyek memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk kerja (performance), yang secara umum pebelajar melaksanakan kegiatan: mengorganisasi kegiatan berguru kelompok mereka, melaksanakan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah, dan mensintesis informasi. Proyek seringkali bersifat interdisipliner. Misalnya, suatu proyek merancang draft untuk bangunan struktur (konstruksi bangunan tertentu) melibatkan pebelajar dalam kegiatan investigasi pengaruh lingkungan, pembuatan dokumen proses pembangunan, dan mengembangkan lembar kerja, yang akan meliputi penggunaan konsep dan keterampilan yang digambarkan dari matakuliah matematika, drafting dan/atau desain, lingkungan dan kesehatan kerja, dan mungkin perdagangan materi dan bangunan. Menurut Alamaki (1999, Online), proyek selain dilakukan secara kolaboratif juga harus bersifat inovatif, unik, dan berfokus pada pemecahan duduk perkara yang berafiliasi dengan kehidupan pebelajar atau kebutuhan masyarakat atau industri lokal.
Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki potensi yang amat besar untuk membuat pengalaman berguru yang lebih menarik dan bermakna untuk pebelajar usia dewasa, ibarat siswa, apakah mereka sedang berguru di perguruan tinggi maupun pelatihan transisional untuk memasuki lapangan kerja (Gaer, 1998). Di dalam Pembelajaran Berbasis Proyek, pebelajar menjadi terdorong lebih aktif di dalam berguru mereka, instruktur berposisi di belakang dan pebelajar berinisiatif, instruktur memberi fasilitas dan mengevaluasi proyek baik kebermaknaannya maupun penerapannya untuk kehidupan mereka sehari-hari.Produk yang dibuat pebelajar selama proyek memperlihatkan hasil yang secara otentik dapat diukur oleh guru atau instruktur di dalam pembelajarannya. Oleh alasannya yaitu itu, di dalam Pembelajaran Berbasis Proyek, guru atau instruktur tidak lebih aktif dan melatih secara langsung, akan tetapi instruktur menjadi pendamping, fasilitator, dan memahami pikiran pebelajar.
2.2.2    Langkah-langkah pembelajaran
Dalam menggunakan metode pemberian proyek ini ada beberapa langkah yang harus di lalui oleh guru terhadap siswa :
1.     Rumuskan permasalahannya dengan jelas
2.     Lakukan pembagian peran serta deskriosi dari masing-masing peran itu
3.     Buat jadwal kegiatan sesuai dengan waktu yang disediakan
4.     Rumuskan apa yang diharapkan diperoleh dari setiap kegiatan
5.     Buat kesimpulan menyeluruh
6.     Usahakan supaya hasil dari proyek itu dmeningkatkan keterampilaniketahui banyak orang (pameran, disajikan dan lain-lain)
2.2.3.   Kelebihan dan kelemahan
Moursund , Bielefeldt dan Underwood (1997) meneliti sejumlah artikel wacana proyek di kelas yang dapat dipertimbangkan sebagai materi testimonial terhadap guru, terutama bagaimana guru menggunakan proyek dan persepsi mereka wacana bagaimana keberhasilannya. Atribut keuntungan dari berguru berbasis proyek yaitu sebagai berikut :
Kelebihan :
  1. Meningkatkan motivasi.  Laporan-laporan tertulis wacana proyek banyak yang mengatakan bahwa siswa sangat tekun hingga melewati batas waktu, berusaha keras dalam mencapai proyek. Guru juga melaporkan bahwa berguru dalam proyek lebih menyenangkan daripada komponen kurikulum yang lain.
  2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Penelitian pada pengembangan kemampuan kognitif  tingkat tinggi siswa menekankan perlunya bagi siswa untuk terlibat didalam tugas-tugas pemecahan masalah. Banyak sumber yang mendeskripsikan lingkungan berguru berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
  3. Meningkatkan kolaborasi. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi (Johnson &Johnson , 1989). Kelompok kerja koorperatif , evaluasi siswa, pertukaran evaluasi online yaitu aspek-aspek koloboratif dari sebuah proyek. Teori-teori kognitif yang gres konstuktivistik menegaskan bahwa berguru yaitu fenomena social, dan bahwa siswa akan berguru lebih di dalam lingkungan koloboratif (Vygotsky;1978;Davidov, 1995)
  4.  Meningkatkan keterampilan mengola sumber. Bagian dari menjadi siswa yang independen yaitu bertanggung jawab untuk menyelesaikan peran yang kompleks. Pembelajaran berbasis proyek yang diimplementasikan secara baik memperlihatkan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lainseperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
Kelemahan :
  1. Keterlibatan matematika dalam penyelesaian duduk perkara dalam proyek tidak banyak.
2.2.4.   Penerapan dalam pembelajaran materi
     Dalam penerapannya pada proses pembelajaran, beberapa kriteria harus dipenuhi, diantaranya :
  1. Proyek dalam Pembelajaran Berbasis Proyek yaitu sentra atau inti kurikulum, bukan embel-embel kurikulum. Di dalam Pembelajaran Berbasis Proyek, proyek yaitu taktik pembelajaran; pebelajar mengalami dan berguru konsep-konsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek. Ada kerja proyek yang mengikuti pembelajaran tradisional dengan cara proyek tersebut memberi ilustrasi, contoh, praktik tambahan, atau aplikasi praktik yang diajarkan sebelumnya dengan maksud lain. Akan tetapi, menurut kriteria di atas, aplikasi proyek tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai Pembelajaran Berbasis Proyek. Kegiatan proyek yang dimaksudkan untuk pengayaan di luar kurikulum juga tidak termasuk Pembelajaran Berbasis Proyek.Proyek dalam Pembelajaran Berbasis Proyek yaitu terfokus pada pertanyaan atau masalah, yang mendorong pebelajar menjalani (dengan kerja keras) konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau pokok dari disiplin.
  2. Proyek melibatkan pebelajar dalam investigasi konstruktif.Investigasi mungkin berupa proses desain, pengambilan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah, diskoveri, atau proses pembangunan model. Akan tetapi, biar dapat disebut proyek memenuhi kriteria Pembelajaran Berbasis Proyek, acara inti dari proyek itu harus meliputi transformasi dan konstruksi pengetahuan (dengan pengertian: pemahaman baru, atau keterampilan baru) pada pihak pebelajar (Bereiter & Scardamalia, 1999). Jika sentra atau inti kegiatan proyek tidak menyajikan “tingkat kesulitan” bagi anak, atau dapat dilakukan dengan penerapan isu atau keterampilan yang siap dipelajari, proyek yang dimaksud yaitu tak lebih dari sebuah latihan, dan bukan proyek Pembelajaran Berbasis Proyek yang dimaksud. Membersihkan peralatan laboratorium mungkin sebuah proyek, akan tetapi mungkin bukan proyek dalam Pembelajaran Berbasis Proyek.
  3. Proyek mendorong pebelajar hingga pada tingkat yang signifikan.Proyek dalam Pembelajaran Berbasis Proyek bukanlah ciptaan guru, tertuliskan dalam naskah, atau terpaketkan. Latihan laboratorium bukanlah pola Pembelajaran Berbasis Proyek, kecuali bila berfokus pada duduk perkara dan merupakan inti pada kurikulum. Proyek dalam Pembelajaran Berbasis Proyek tidak berakhir pada hasil yang telah ditetapkan sebelumnya atau mengambil jalur (prosedur) yang telah ditetapkan sebelumnya. Proyek Pembelajaran Berbasis Proyek lebih mengutamakan otonomi, pilihan, waktu kerja yang tidak bersifat rigid, dan tanggung jawab pebelajar daripada proyek trandisional dan pembelajaran tradisoonal.
  4. Proyek yaitu realistik. Karakteristik proyek memperlihatkan keontentikan pada pebelajar. Karakteristik ini boleh jadi meliputi topik, tugas, peranan yang dimainkan pebelajar, konteks dimana kerja proyek dilakukan, kolaborator yang bekerja dengan pebelajar dalam proyek, produk yang dihasilkan, audien bagi produk-produk proyek, atau kriteria di mana produk-produk atau unjuk kerja dinilai. Pembelajaran Berbasis Proyek melibatkan tantangan-tantangan kehidupan nyata, berfokus pada pertanyaan atau duduk perkara otentik (bukan simulatif), dan pemecahannya berpotensi untuk diterapkan di lapangan yang sesungguhnya
Adapun pola penerapannya dalam mata pembelajaran Matematika, misalnya seorang guru dapat memberi  siswa peran yang misalnya berjudul “Mengatasi duduk perkara pengemis di kota A” dengan metode proyek. Dalam menyelesaikan duduk perkara ini, matematika yang dapat dipakai mungkin hanya: mentabulasi berapa orang pengemis di kota A, menghitung penghasilan rata-rata seorang pengemis, dan penghasilan rata-rata bukan pengemis di kota A yang paling rendah. Sedangkan yang lainnya ialah berkenaan dengan duduk perkara ekonomi, sosial dan mungkin psikologis, misalnya: kemampuan-kemampuan apa yang dimiliki pengemis, lapangan kerja apa saja yang ada yang dapat menampung orang-orang yang kemampuannya ibarat pengemis itu dan lain-lain.
2.3.      Pengajaran beregu                                                                                        
2.3.1.   Pengertian
Team teaching  atau pengajaran beregu dapat didefinisikan sebagai kelompok yang beranggotakan  dua orang guru atau lebih yang bekerja sama untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran bagi kelompok akseptor didik yang sama. Quinn dan Kanter (1984) sebagaimana dikutip Karin Goetz menjelaskan bahwa  pengajaran tim dapat berlangsung apabila kerja sama tim antara dua pendidik yang berkualifikasi sama.
Dalam kebersamaan itu mereka membuat perencanaan pembelajaran, bahu-membahu menyajikan materi, dan bahu-membahu pula melaksanakan evaluasi, remedial dan pengayaan. Kerja sama dilakukan dengan  membagi tanggung jawab dan peran yang terang dalam mencapai tujuan yang lebih baik daripada pembelajaran yang ditangani sendiri.
Pengajaran tim atau beregu menurut Karin Goetz  dapat dibagi dalam dua kategori besar yaitu:
  • Kategori A: Kerja sama dua pendidik atau lebih yang mengajar siswa yang sama pada ketika yang bersamaan di kelas yang sama.
  • Kategori B: Kerja sama dua pendidik atau lebih yang bekerja tidak selalu mengajar kelompok siswa yang sama dan tidak selalu pada waktu yang sama.
Pada kategori A ketika tim pendidik mengajarkan kelompok siswa yang sama maka  ada sejumlah peran yang berbeda yang mungkin harus guru laksanakan. Pada kategori pengajaran tim biasanya melibatkan kombinasi dari model ini sesuai dengan kepribadian, filsafat atau kekuatan dari tim guru serta kepribadian dan kekuatan dari akseptor didik. Ada pun variasi kegiatan menurut Karin Goetz  meliputi kegiatan ibarat di bawah ini.
  • Pengajaran Tim Tradisional: Dalam hal ini, para guru aktif menyebarkan tugas, materi, dan membangun keterampilan untuk semua siswa. Contoh, seorang guru dapat menyajikan materi gres untuk para siswa sedangkan guru lainnya membangun peta konsep yang ditayangkan  untuk membantu siswa yang sedang mendengarkan presentasi guru.
  • Pengajaran Kolaborasi: Pengalaman akademis ini menggambarkan situasi pengajaran tim tradisional. Pada model ini guru bekerja sama dalam memberikan tujuan,  materi dan menerapkan taktik pembelajarn dengan bertukar dan mendiskusikan ide-ide dan teori di depan akseptor didik. Tim guru bekerja sama dalam  kelompok berguru dengan menggunakan  teknik pembelajaran ibarat pada kelompok kecil, diskusi yang dipimpin oleh siswa ataupun oleh guru.
  • Pendukung Tim Pengajaran: Kondisi ini terjadi ketika salah satu guru bertanggung jawab untuk mengajarkan materi kepada siswa, sedangkan guru lainnya memerankan peran tindak lanjut ibarat menjelaskan lebih lanjut, membantu siswa mengerjakan pekerjaan lanjutan, dan memantau kompetensi siswa dalam mengerjakan peran sesuai instruksi.
  • Pembelajaran Paralel: Dalam kerja sama ini, kelas dibagi menjadi dua kelompok dan setiap guru bertanggung jawab untuk mengajar materi yang sama kelompok yang lebih kecil kelompoknya lebih kecil. Model ini biasanya digunakan bersama dengan bentuk-bentuk pengajaran tim, dan ideal untuk situasi ketika siswa terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah, sebagai  fasilitator guru dapat  berkelana dan memperlihatkan dukungan individual kepada siswa.
Pembelajaran kategori B terdiri dari banyak sekali model pengajaran tim dengan model kerja sama yang tidak selalu mengajarkan kelompok siswa yang sama juga tidak pada waktu yang sama. Kategori pengajaran tim ibarat ini dapat dibagi dalam banyak sekali bentuk kerja sama:
  • Anggota tim bertemu untuk menyebarkan ide dan sumber daya tetapi berfungsi secara independen. Contoh, dalam satu semester guru tampil di kelas sendirian, dapat tampil di kelas yang sama, materi yang berbeda, namun mengajar dengan menggunakan rencana pembelajaran yang telah disepakti bersama. Diskusi antara anggota tim berlangsung dalam perencangan kurikulum secara bersama-sama. Anggota tim guru menyebarkan ide dan sumber daya tapi selain mengajar mandiri. Versi pembelajaran kooperatif ibarat ini memerlukan pertemuan mingguan dan banyak sekali sumber berguru dan sumber daya lain. Tujuan dari pertemuan mingguan untuk membahas konsep-konsep yang akan dibahas pada ahad berikutnya di  kelas, untuk menyajikan materi,  cara-cara mengajar, menilai konsep yang akan diajarkan, dan untuk menyebarkan ide-ide gres dalam mendorong peningkatan hasil berguru siswa.
  • Tim pendidik menyebarkan sumber berguru dan materi pelajaran: Dalam tim kerja sama ini  guru mengajar kelas mandiri, tetapi bahan-bahan,  sumber daya, materi, rencana pelajaran, buku pelajaran tambahan, alat peraga, model latihan, dan instrumen evaluasi menyebarkan di antara anggota tim.
  • Satu orang rencana kegiatan pembelajaran untuk seluruh tim. Model ini tidak mengambil keuntungan penuh dari konsep tim. Pelaksanaannya berkembang dengan cara menggabungkan  ide-ide individu. Kadang-kadang, alasannya yaitu keterbatasan waktu bisa terjadi satu orang merancang acara untuk digunakan semua anggota tim.
  • Berbagi Tugas Perencanaan: pembelajaran dirancang bersama,  masing-masing instruktur mengajar di kelas berbeda, bahkan dapat di sekolah yang berbeda, namun  dirancang bahu-membahu dengan cara menggabungkan peran tiap individu menjadi dokumen bersama setelah dibahas bersama-sama.
Kedua  kategori itu menggambarkan pengaturan peran yang terang kepada anggota tim. Jenis pembagian peran bergantung pada penetapan pilihan kategori oleh tim. Kesamaan yang mendasar dalam seluruh kategori adalah, anggota tim bertukar ide, berdiskusi, dan merumuskan tujuan, menetapkan target mutu  dalam bentuk indikator pencapaian kompetensi (IPK), menetapkan instrumen evaluasi, menetapkan materi pelajaran, menetapkan taktik pembelajaran, menetapkan taktik pelaksanaan evaluasi pembelaajran, menetapkan taktik remedial dan pengayaan.
2.3.2.   Langkah-langkah pembelajaran
Ada beberapa langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan metede pengajaran beregu. Berikut akan disajikan langkah-langkah pengajaran beregu dengan model pengajaran tim tradisional dan model pengajaran kolaborasi panel.
  1. Model pengajaran tim tradisional
2. Model pengajaran tim kolaborasi
2.3.3.   Kelebihan dan kelemahan
Kelebihan
  1. Pengetahuan siswa menjadi lebih lengkap
  2. Materi yang disajikan bersama semestinya lebih lengkap
  3. Secara tidak pribadi pengetahuan guru bertambah pula.
Kelemahan
  1. Bila tidak ada kerjasama yang baik, kurang ada toleransi, apalagi bila ada anggota regu yang cenderung kerja sendiri
  2. Pengetahuan guru dalam satu regu tidak merata.

2.3.4.      Penerapan dalam pembelajaran materi
Dalam penerapannya pada pembelajaran materi dilakukan apabila :
  1. Materi yang disajikan itu berupa unit atau topik umum yang penguasaannya oleh kita mungkin tidak seragam
  2. Materi yang disajikan hanya kita kuasai sebagian saja, misalnya pengajaran fisika dan matematika terpadu, guru matematika memerlukan dukungan guru fisikandan sebaliknnya
  3. Pelayanan individual yang lebih intensif diperlukan.
Contoh penerapannya dalam pembelajaran matematika yaitu :
1.   Dalam menjelaskan materi mengenai integral, dua orang guru matematika dapat melaksanakan pembelajaran beregu dengan menggunakan model kolaborasi, yang satu menjelaskan mengenai penggunaan integral untuk menghitung luas kurva, yang satunya lagi menjelaskan penggunaan integral untuk menghitung volume kurva yang diputar.
2.   Dalam pengajaran matematika dan fisika terpadu, misalnya ketika menjelaskan materi kecepatan sesaat, seorang guru matematika dapat memperlihatkan siswa konsep-konsep mengenai limit dan integral, sedangkan guru fisika dapat memperlihatkan penjelasan mengenai penggunaan konsep tersebut dalam menghitung kecepatan sesaat.



BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Tidak ada satupun metode pembelajaran yang sempurna.Semua metode pembelajaran memiliki kelemahan masing-masing.Adalah merupakan kebijaksanaan kita sebagai guru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat digunakan untuk situasi yang sedang kita hadapi. Metede pembelajaran pemberian peran dan metede pembelajaran yang sejalan dengan konsep CTL (Contextual Teaching and Learning) dan membuat siswa aktif untuk memahami pelajaran, sedangkan metode pengajaran berugu merupaka metode pembelajaran yang sangat efektif untuk pembahasan materi yang memerlukan dukungan dari ilmu lain dan mengatasi jumlah siswa yang terlalu banyak.
3.2.Saran
Metode-metode pembelajaran yang disajikan dalam makalah ini sangat baik diterapkan dalam proses pembelajaran. Dalam penerapannya haran dipertimbangkan juga kondisi di daerah mengajar dan juga melaksanakan inovasi-inovasi sehingga pembelajaran menjadi menarik. Semoga makalah ini dapat memberi ide dalam melaksanakan proses pembelajaran yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
 Terimakasih telah membaca Artikel wacana Metode Pembelajaran Resitasi semoga bermanfaat, Silahkan di Share yaaa!!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

20 sifat wajib dan mustahil bagi allah

Struktur Pasar

Watak-watake Punakawan Bahasa Jawa