Hukum Merayakan Valentine Untuk Umat Islam
Hukum Islam wacana Perayaan Valentine Days
Dalam Islam memang disyari’atkan berkasih sayang kepada sesama
muslim, namun semuanya berada dalam batas-batas dan ketentuan Allah Ta’ala
. Betapa banyak kita dapatkan para perjaka dan pemudi dari kalangan kaum
muslimin yang masih jahil (bodoh) wacana permasalahan ini. Lebih parah
lagi, ada sebagian orang yang tidak mau peduli dan hanya menuruti hawa
nafsunya. Padahal perayaan Hari Kasih Sayang (Valentine Days) haram dari beberapa segi berikut :
muslim, namun semuanya berada dalam batas-batas dan ketentuan Allah Ta’ala
. Betapa banyak kita dapatkan para perjaka dan pemudi dari kalangan kaum
muslimin yang masih jahil (bodoh) wacana permasalahan ini. Lebih parah
lagi, ada sebagian orang yang tidak mau peduli dan hanya menuruti hawa
nafsunya. Padahal perayaan Hari Kasih Sayang (Valentine Days) haram dari beberapa segi berikut :
Tasyabbuh dengan Orang-orang Kafir
Hari raya –seperti, Valentine Days- merupakan ciri khas, dan manhaj (metode) orang-orang kafir yang harus dijauhi. Seorang muslim tak boleh ibarat mereka dalam merayakan hari itu.
Baca Juga Sejarah HAri Valentine
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Ad-Dimasyqiyrahimahullah berkata, “Tak
ada bedanya antara mengikuti mereka dalam hari raya, dan mengikuti
mereka dalam seluruh manhaj (metode beragama), karena mencocoki mereka
dalam seluruh hari raya berarti mencocoki mereka dalam kekufuran.
Mencocoki mereka dalam sebagaian hari raya berarti mencocoki mereka
dalam sebagian cabang-cabang kekufuran. Bahkan hari raya yakni ciri
khas yang paling khusus di antara syari’at-syari’at (agama-agama), dan
syi’ar yang paling nampak baginya. Maka mencocoki mereka dalam hari
raya berarti mencocoki mereka dalam syari’at kekufuran yang paling
khusus, dan syi’ar yang paling nampak. Tak ragu lagi bahwa mencocoki
mereka dalam hal ini terkadang berakhir kepada kekufuran secara global”. [Lihat Al-Iqtidho’ (hal. 186)].
ada bedanya antara mengikuti mereka dalam hari raya, dan mengikuti
mereka dalam seluruh manhaj (metode beragama), karena mencocoki mereka
dalam seluruh hari raya berarti mencocoki mereka dalam kekufuran.
Mencocoki mereka dalam sebagaian hari raya berarti mencocoki mereka
dalam sebagian cabang-cabang kekufuran. Bahkan hari raya yakni ciri
khas yang paling khusus di antara syari’at-syari’at (agama-agama), dan
syi’ar yang paling nampak baginya. Maka mencocoki mereka dalam hari
raya berarti mencocoki mereka dalam syari’at kekufuran yang paling
khusus, dan syi’ar yang paling nampak. Tak ragu lagi bahwa mencocoki
mereka dalam hal ini terkadang berakhir kepada kekufuran secara global”. [Lihat Al-Iqtidho’ (hal. 186)].
Ikut merayakan Valentine Days termasuk bentuk tasyabbuh (penyerupaan) dengan orang-orang kafir. Rasululllah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barang siapa yang ibarat suatu kaum maka ia termasuk kaum tersebut”. [HR. Abu Daud dalam Sunannya (4031) dan Ahmad dalam Al-MusnadAl-Mushonnaf (19401 & 33016), Al-Baihaqiy dalam Syu’ab Al-Iman (1199), Ath-Thobroniy dalam Musnad Asy-Syamiyyin (216), Al-Qudho’iy dalam Musnad Asy-Syihab (390), dan Abd bin Humaid dalam Al-Muntakhob (848). Hadits ini di (5114, 5115, & 5667), Ibnu Abi Syaibah dalam shohihkan oleh Al-Albaniy dalamTakhrij Musykilah Al-Faqr (24)].
Seorang Ulama Mesir,Syaikh Ali Mahfuzhrahimahullah berkata dalam mengunkapkan kesedihan dan pengingkarannya terhadap keadaan kaum muslimin di zamannya, “Diantara
perkara yang menimpa kaum muslimin (baik orang awam, maupun orang
khusus) yakni menyertai (menyamai) Ahlul Kitab dari kalangan
orang-orang Yahudi, dan Nashrani dalam kebanyakan perayaan-perayaan
mereka, mirip halnya menganggap baik kebanyakan dari
kebiasaan-kebiasaan mereka. Sungguh Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa
sallam- dahulu membenci untuk menyanai Ahlul Kitab dalam segala urusan
mereka…Perhatikan sikap Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam
seperti ini dibandingkan sesuatu yang terjadi pada insan di hari ini
berupa adanya perhatian mereka terhadap perayaan-perayaan, dan adat
kebiasaan orang kafir. Kalian akan melihat ,ereka rela meninggalkan
pekerjaan mereka berupa industri, niaga, dan sibuk dengan ilmu di
musim-musim perayaan itu, dan menjadikannya hari bahagia, dan hari
libur; mereka bermurah hati kepada keluarganya, memakai pakaian yang
terindah, dan menyemir rambut anaka-anak mereka di hari itu dengan
warna putih sebagaimana yang dilakukan oleh Ahlul Kitab dari kalangan
Yahudi, dan Nashrani. Perbuatan ini dan yang semisalnya merupakan bukti
kebenaran sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah
hadits shohih, “Kalian akan benar-benar mengikuti jalan hidup
orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi
sehasta sehingga andai mereka memasuki lubang biawak, maka kalian pun
mengikuti mereka”. Kami (para sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah,
apakah mereka yakni orang-orang Yahudi, dan Nashrani”. Beliau
menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka”. [HR. Al-Bukhoriy (3456) dari
Abu Sa’id Al-Khudriy -radhiyallahu ‘anhu-]”. [Lihat Al-Ibda’ fi Madhorril Ibtida’ (hal. 254-255)]
perkara yang menimpa kaum muslimin (baik orang awam, maupun orang
khusus) yakni menyertai (menyamai) Ahlul Kitab dari kalangan
orang-orang Yahudi, dan Nashrani dalam kebanyakan perayaan-perayaan
mereka, mirip halnya menganggap baik kebanyakan dari
kebiasaan-kebiasaan mereka. Sungguh Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa
sallam- dahulu membenci untuk menyanai Ahlul Kitab dalam segala urusan
mereka…Perhatikan sikap Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam
seperti ini dibandingkan sesuatu yang terjadi pada insan di hari ini
berupa adanya perhatian mereka terhadap perayaan-perayaan, dan adat
kebiasaan orang kafir. Kalian akan melihat ,ereka rela meninggalkan
pekerjaan mereka berupa industri, niaga, dan sibuk dengan ilmu di
musim-musim perayaan itu, dan menjadikannya hari bahagia, dan hari
libur; mereka bermurah hati kepada keluarganya, memakai pakaian yang
terindah, dan menyemir rambut anaka-anak mereka di hari itu dengan
warna putih sebagaimana yang dilakukan oleh Ahlul Kitab dari kalangan
Yahudi, dan Nashrani. Perbuatan ini dan yang semisalnya merupakan bukti
kebenaran sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah
hadits shohih, “Kalian akan benar-benar mengikuti jalan hidup
orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi
sehasta sehingga andai mereka memasuki lubang biawak, maka kalian pun
mengikuti mereka”. Kami (para sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah,
apakah mereka yakni orang-orang Yahudi, dan Nashrani”. Beliau
menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka”. [HR. Al-Bukhoriy (3456) dari
Abu Sa’id Al-Khudriy -radhiyallahu ‘anhu-]”. [Lihat Al-Ibda’ fi Madhorril Ibtida’ (hal. 254-255)]
Namun disayangkan, Sebagian kaum muslimin berlomba-lomba dan berbangga dengan perayaan Valentine Days.
Di hari itu, mereka saling menyebarkan hadiah mulai dari coklat, bunga
hingga lebih dari itu kepada pasangannya masing-masing. Padahal
perayaan mirip ini tak boleh dirayakan. Kita Cuma punya dua hari raya
dalam Islam. Selain itu, terlarang !!.
Di hari itu, mereka saling menyebarkan hadiah mulai dari coklat, bunga
hingga lebih dari itu kepada pasangannya masing-masing. Padahal
perayaan mirip ini tak boleh dirayakan. Kita Cuma punya dua hari raya
dalam Islam. Selain itu, terlarang !!.
Pengantar Menuju Maksiat dan Zina
Acara Valentine Days mengantarkan seseorang kepada bentuk maksiat
dan yang paling besarnya yakni bentuk perzinaan. Bukankah momen
seperti ini (ValentineDays) digunakan untuk meluapkan perasaan cinta kepada sang kekasih, baik dengan cara menunjukkan hadiah, menghabiskan waktu hanya berdua saja? Bahkan terkadang hingga kepada jenjang perzinaan.
dan yang paling besarnya yakni bentuk perzinaan. Bukankah momen
seperti ini (ValentineDays) digunakan untuk meluapkan perasaan cinta kepada sang kekasih, baik dengan cara menunjukkan hadiah, menghabiskan waktu hanya berdua saja? Bahkan terkadang hingga kepada jenjang perzinaan.
Allah Subhanahu wa Ta’la berfirman dalam melarang zina dan pengantarnya (seperti, pacaran, berduaan, berpegangan, berpandangan, dan lainnya),
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kau mendekati zina; Sesungguhnya zina itu yakni suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al-Isra’ : 32)
Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لَايَخْلُوَنَّ أَحَدُكُمْ بِاِمْرَأَةٍ إِلَّا مَعَ ذِيْ مَحْرَمٍ
“Jangan sekali-sekali salah seorang kalian berkhalwat dengan wanita, kecuali bersama mahram”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohihnya (4935), dan Muslim dalam Shohihnya (1241)] .
Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَأَنْ يُطْعَنَ فِيْ رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيْدٍ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يِمَسَّ امْرَأَةً لَاتَحِلُّ لَهُ
“Demi Allah, sungguh kalau kepala salah seorang dari kalian
ditusuk dengan jarum dari besi, maka itu lebih baik daripada ia
menyentuh wanita yang tidak halal baginya”. [HR. Ath-Thabrani dalam Al-Kabir (486). Dishahihkan oleh syaikh Al-Albany dalam Ash-Shahihah (226)]
ditusuk dengan jarum dari besi, maka itu lebih baik daripada ia
menyentuh wanita yang tidak halal baginya”. [HR. Ath-Thabrani dalam Al-Kabir (486). Dishahihkan oleh syaikh Al-Albany dalam Ash-Shahihah (226)]
Menciptakan Hari Rari Raya
Merayakan Velentine Days berarti menimbulkan hari itu sebagai hari raya. Padahal seseorang dalam menetapkan suatu hari sebagai hari raya, ia membutuhkan dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Karena menetapkan hari raya yang tidak ada dalilnya merupakan perkara gres yang tercela. Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Siapa saja yang mengada-adakan dalam urusan (agama) kami sesuatu yang tidak ada di dalamnya, maka itu tertolak” [HR. Al-Bukhariy dalam Shahih -nya (2697)dan Muslim dalamShahih -nya (1718)]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak ada tuntunannya dari kami, maka amalan tersebut tertolak”. [HR. Muslim dalam Shahih -nya (1718)]
Allah Ta’ala telah menyempurnakan agama Islam. Segala
perkara telah diatur, dan disyari’atkan oleh Allah. Jadi, tak sesuatu
yang yang baik, kecuali telah dijelaskan oleh Islam dalam Al-Qur’an dan
Sunnah. Demikian pula, tak ada sesuatu yang buruk, kecuali telah
diterangkan dalam Islam. Inilah kesempurnaan Islam yang dinyatakan
dalam firman-Nya,
perkara telah diatur, dan disyari’atkan oleh Allah. Jadi, tak sesuatu
yang yang baik, kecuali telah dijelaskan oleh Islam dalam Al-Qur’an dan
Sunnah. Demikian pula, tak ada sesuatu yang buruk, kecuali telah
diterangkan dalam Islam. Inilah kesempurnaan Islam yang dinyatakan
dalam firman-Nya,
“Pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kau agamamu, dan
Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu
jadi agama bagimu”. (QS. Al-Maidah :3 ).
Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu
jadi agama bagimu”. (QS. Al-Maidah :3 ).
Di dalam agama kita yang tepat ini, hanya tercatat dua hari raya, yaitu: Idul Fitri dan Idul Adha. Karenanya, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingkari dua hari raya yang pernah dilakukan oleh orang-orang Madinah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada para teman Anshor,
قَدِمْتُ عَلَيْكُمْ وَلَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُوْنَ فِيْهِمَا فِيْ الجَاهِلِيَةِ وَقَدْ أَبْدَلَكُمُ اللهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا: يَوْمَ النَّحَرِ وَيَوْمَ الْفِطْرِ
“Saya datang kepada kalian, sedang kalian memiliki dua hari, kalian bermain di dalamnya pada masa jahiliyyah. Allah sungguh telah menggantikannya dengan hari yang lebih baikdarinya, yaitu: hari Nahr (baca: iedul Adh-ha), dan hari fithr (baca: iedul fatri)”. [HR. Abu Dawud dalam Sunannya (1134), An-Nasa`iy dalam Sunannya (3/179), Ahmad dalam Al-Musnad (3/103. Lihat Shahih Sunan Abi Dawud (1134)] .
Syaikh Amer bin Abdul Mun’im Salimhafizhahullah- berkata ketika mengomentari hadits ini, “Jadi,
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang mereka -dalam bentuk
pengharaman- dari perayaan-perayaan jahiliyyah yang dikenal di sisi
mereka sebelum datangnya Islam, dan ia menetapkan bagi mereka dua
hari raya yang sya’i, yaitu hari raya Idul Fithri, dan hari raya Idul
Adh-ha. Beliau juga menjelaskan kepada mereka keutamaan dua hari raya
ini dibandingkan peryaan-perayaan lain yang terdahulu “. [Lihat As-Sunan wa Al-Mubtada’at fi Al-Ibadat (hal. 136), cet. Maktabah Ibad Ar-Rahman, 1425 H]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang mereka -dalam bentuk
pengharaman- dari perayaan-perayaan jahiliyyah yang dikenal di sisi
mereka sebelum datangnya Islam, dan ia menetapkan bagi mereka dua
hari raya yang sya’i, yaitu hari raya Idul Fithri, dan hari raya Idul
Adh-ha. Beliau juga menjelaskan kepada mereka keutamaan dua hari raya
ini dibandingkan peryaan-perayaan lain yang terdahulu “. [Lihat As-Sunan wa Al-Mubtada’at fi Al-Ibadat (hal. 136), cet. Maktabah Ibad Ar-Rahman, 1425 H]
Sungguh perkara yang sangat menyedihkan, justru perayaan ini sudah
menjadi hari yang dinanti-nanti oleh sebagian kaum muslimin terutama
kawula muda. Parahnya lagi, perayaan Valentine Days
ini yakni untuk memperingati selesai hidup orang kafir (yaitu Santo
Valentine). Perkara mirip ini tidak boleh, karena menjadi sebab
seorang muslim mencintai orang kafir.
menjadi hari yang dinanti-nanti oleh sebagian kaum muslimin terutama
kawula muda. Parahnya lagi, perayaan Valentine Days
ini yakni untuk memperingati selesai hidup orang kafir (yaitu Santo
Valentine). Perkara mirip ini tidak boleh, karena menjadi sebab
seorang muslim mencintai orang kafir.
Komentar
Posting Komentar