unsur-unsur intrinsik novel

Dibawah ini penjelasan tentang unsur-unsur intrinsik novel tersebut :
unsur-unsur intrinsik novel

1.     TEMA
Setiap kisah akan memiliki tema, ialah inti yang ingin disampaikan pengarang. Tema merupakan jiwa sudut cerita. Jiwa ini diwujudkan dengan memberinya wadah berupa rangkaian kejadian. Rangkaian suatu kejadian disebut alur (plot). Dengan kata lain, ialah rentetan kejadian yang saling berafiliasi untuk mendukung tema yang akan disampaikan. Setiap kejadian disampaikan dengan dialog atau monolog insan di cerita, yang memiliki satu unit klimaks atau anti klimaks. Untuk kisah yang panjang, klimaks atau antiklimaks dapat banyak jumlahnya. Kumpulan beberapa unit kejadian dapat dijadikan satu bab. Tanpa meninggalkan kontinuitas  dengan episode sebelumnya.
2.     PLOT
Plot merupakan liku-liku suatu peristiwa, diketemukan di kaitan satu kejadian utama dengan kejadian utama lainnya. Dengan kata lain, plot menyebabkan satu kejadian punya relasi dengan kejadian lain yang bersifat logis. Plot mengikat jalan kisah sehingga memiliki klimaks atau anti klimaks dari hubungan-hubungan antar kejadian. Plot akan lebih berkembang jikalau insan yang menjadi sentra pengisahan tidak hanya satu orang.Ada bermacam-macam plot.
1.    Berdasarkan urutan waktunya:
o    Alur maju atau alur kronologis. Peristiwa-peristiwa yang waktunya sungguh-sungguh berurutan, misalnya setahun yang lalu, setengah tahun yang lalu, sebulan yang lalu, seminggu yang lalu, hari ini.
o    Sorot balik (alur mundur). Peristiwa-peristiwa yang disusun tidak secara lurus (tidak menurut urutan waktu), mislnya: Pak Burhan duduk termangu di teras rumah, kemudian ia teringat peristiwa peristiwa masa lampau. Belanda menyerang kampungnya, anak istrinya meninggal sebab bom. Kemudian kisah kembali ke masa kini. 
  
2.    Berdasarkan letak puncak peristiwanya, terbagi:
o    Urutan klimaks. Peristiwa dimulai dari hal yang biasa atau semakin menonjol atau makin tegang. Peristiwa yang menjadi puncak kisah mengakhiri cerita.
o    Urutan antiklimaks. Diawali peristiwa yang paling tegang/menonjol untuk kemudian mengendor atau kisah berakhir dengan peristiwa yang biasa saja., Misalnya: Ditengah keheningan malam terdengar teriakan “Gempa! Gempa!” Orang seluruh kampung keluar mendengar teriakan dahsyat itu, ternyata jerit tadi ialah orang yang seataug mimpi rumahnya diguncang gempa. Orang-orang pun kesal namun, geli. Lega, malam kembali pada keheningannya lagi.

3.    Berdasarkan pada rapat-renggangnya relasi peristiwa satu dengan lainnya, terbagi atas:
o    Alur dramatik atau alur rapat, ialah alur yang tidak dapat disisipi oleh peristiwa lain di luar alur pokok.
o    Alur renggang atau alur panoramik. Kebalikan dari alur rapat, alur ini walaupun di di ceritanya memiliki banyak alur dari masingmasing tokoh, namun pada simpulan kisah dapat bersatu menjadi satu kesatuan alur, sehingga kisah menjadi lebih bervariasi.

4.     PERWATAKAN
Perwatakan di cerita. Ada tiga cara untuk memperkenalkan sopan santun atau kepribadian si tokoh, yaitu:
1.    Pengarang menyebutkannya. Ini yang paling mudah, sebab pembaca tinggal menerimanya saja.
2.    Pengarang menggambarkannya di tingkah laku pelaku: tindakannya, gerak-geriknya, reaksi pelaku terhadap suatu kejadian atau orang lain.
3.    Pengarang menggambarkannya di percakapan atau ucapan pelaku: percakapan pelaku dengan pelaku lain, ucapan pelaku wacana pelaku lain.

5.     TITIK PANATAUG
Kekuatan atau daya tarik kisah juga terletak pada titik panataug yang terang atau konsisten. Titik panataug ialah perspektif dari mana kisah itu dikisahkan. Titik-titik panataug yang utama yaitu: serba tahu, orang pertama, atau dihanyutkan pikiran. Dengan titik panataug orang pertama, kisah akan dikisahkan dengan tokoh yang menyebut dirinya dengan kata “aku” atau “saya”. Di sini pengarang bercerita,  beliau sebagai tokoh bukan sebagai dalang.

6.     FOKUS
Fokus kisah merupakan titik/pusat cerita. Pengungkapan yang terang dari suatu cerita, misalnya perjalanan ke Bangka dengan kapal laut dari Jakarta. Tentang diri saya,  wacana rombongan atau wacana perjalanan itu sendiri.

7.     LATAR ATAU SUASANA
Latar merupakan background kisah yang penyajiannya mestinya belum pernah diketahui pembaca,sehingga menjadikan rasa ingin tahu atau memperlihatkan suasana baru.

8.     NADA
nada ialah penutur tersebut. Nada bunyi sangatlah menghipnotis cara pembaca menafsirkan kisah dengan baik.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

20 sifat wajib dan mustahil bagi allah

Struktur Pasar

Watak-watake Punakawan Bahasa Jawa